Photobucket

Senin, 02 Juni 2008

MEMANFAATKAN KESEMPATAN

Syukur

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita sering tidak menyadari betapa banyaknya nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita, sehingga tidak sedikit orang yang mengeluh dan tidak tahan dalam menghadapi kenyataan dalam kehidupan. Padahal, sekiranya kita mau mencoba menghitung nikmat Allah, pastilah akan dirasakan keagungan nikmat yang tiada taranya itu. Bahkan, kita pun tidak mungkin mampu menghitungnya. Firman Allah SWT menyebut [yang artinya]

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat Zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)" (QS. Ibrahim [14]: 34).

Dua Kenikmatan Besar

Rasulullah SAW menyatakan bahwa ada dua nikmat yang sangat agung yang membuat manusia sering tertipu oleh keduanya. Kedua nikmat itu adalah kesehatan dan kesempatan. (al-hadits)

Kesehatan merupakan nikmat terbesar setelah nikmat iman dan Islam. Kesehatan juga merupakan karunia yang sangat luhur, jika dibandingkan dengan yang lainnya. Kita dapat merasakan nikmat kesehatan itu setiap hari. Kita akan sulit melakukan aktivitas sekiranya kesehatan kita terganggu. Akan tetapi, sedikit sekali orang yang menyadari hal ini. Saking tidak sadarya, banyak orang yang menggunakan kesehatannya untuk perbuatan yang sia-sia lagi tercela.

Demikian juga dengan waktu luang atau sering kita sebut dengan kesempatan. Kesempatan merupakan ketersediaan waktu untuk melakukan aktivitas. Waktu itu terbatas. Ia tidak akan kembali dan mengulanginya untuk saat yang lain.

Kalau kita mengenang masa lalu, masa kanak-kanak hingga masa selanjutnya, akan dirasakan hal itu belum lama terjadi. Peristiwa demi peristiwa masih teringat dengan segar, seakan-akan baru kemarin. Akan tetapi, jika dihitung, kejadian itu telah berlangsung beberapa tahun lalu.

Gunakan Kesempatan

Nabi menyatakan bahwa segala sesuatu yang akan datang itu dekat. Sedang yang jauh itu tidak mungkin datang. (al-hadlts) Hadits ini menjelaskan bahwa kematian sebagai sesuatu yang akan datang sesungguhnya sangat dekat dan tidak lama bakal terjadi. Dengan demikian, betapa celakanya jika kesehatan dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita itu disia-siakan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Apalagi, untuk perbuatan yang tercela. Sungguh merugi.

Kesempatan demi kesempatan telah berlalu. Kita sering tidak memanfaatkannya. Padahal, sekali kesempatan itu lewat ia tidak akan kembali untuk selama-lamanya. Hari inipun ketika telah lewat maka ia tidak akan kembali lagi. Melihat kenyataan ini, kita harus hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Kita harus banyak memperhitungkan diri supaya kesempatan demi kesempatan tidak berlalu begitu saja, tetapi dapat dimanfaatkan.

Kadang-kadang, kita membuang waktu itu terlihat memanfaatkan waktu. Contohnya adalah membaca. Orang membaca dianggap memanfaatkan waktu, padahal itu memakan waktu. Mengapa? Sebab, orang yang membaca itu tidak dapat memilih bacaan yang baik. Untuk itu, agar membaca dapat dikatakan memanfaatkan waktu, bacalah buku-buku atau sumber bacaan yang baik lagi bermutu.

Saya teringat ketika masih duduk di bangku SMP, ada salah seorang keluarga dari ibu saya yang pekerjaan sehari-harinya menjual hasil bumi di pinggir jalan dengan membuka kios. Dia menjual jagung, singkong, kacang panjang, dan lain­lain. Orang ini kecanduan buku-buku silat. Buku silat itu dibacanya hingga puluhan hingga ratusan. Saya merasa sedih ketika pulang ke kampung beberapa tahun yang lalu, temyata orang itu masih kecanduan buku silat. Kini, orangnya sudah tua sekali. Kacamatanya tebal. Saya katakan padanya, "Pak, sekiranya sampai kaca mata Bapak tebal untuk membaca buku-buku agama, pasti Bapak sudah menjadi ketua MUI." Bisa dibayangkan, dia telah membaca ratusan buku. Sekiranya, dia membaca bacaan yang baik niscaya itu akan bermanfaat. Sayangnya, dia membaca buku-buku silat, khayalan orang lain. Apakah kemudian dia bisa silat? Tidak juga. Dia tetap saja jualan singkong.

Contoh di atas agaknya dapat dijadikan pelajaran bagi kita, terutama dalam perkembangan teknologi dewasa ini. Kini, betapa banyaknya alat-alat canggih hasil kemajuan teknologi, seperti televisi, komputer, internet dan lain-lain. Namun demikian, jangan lupa bahwa kita jangan sampai diperbudak oleh kemajuan-kemajuan seperti itu, dengan menghabiskan kesempatan untuk mengikuti pandangan-pandangan orang lain, sementara masalah-masalah agama diabaikan. Pasti menyesal.

Demikian juga dengan surat kabar. Luangkan waktu beberapa menit saja untuk membaca surat kabar, tetapi yang penting saja. Termasuk juga dengan menonton acara televisi. Kita harus bisa memilih yang terbaik. Dengan demikian, kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang melalaikan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT.

Jangan Ditunda

Rasulullah SAW menyatakan bahwa kita diperingatkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dengan segera sebelum datangnya tujuh hal. Pertama, apakah kita mau menunggu kefakiran yang dapat melupakan tugas-tugas agama. Ada or­ang yang menunggu-nunggu, padahal dia punya kesempatan. Dia memiliki uang dan berbagai macam hal untuk berbuat sesuatu. Akan tetapi, dia sepertinya menunggu-nunggu. Sampai kemudian dia jatuh bangkrut, sebab tidak melakukan apa-­apa. Tinggal penyesalannya. Di sinilah dalam pandangan Is­lam, setiap saat seorang muslim dianjurkan infaq. Besar kecilnya infaq tergantung pada kemampuan masing-masing.

Kedua, kita menjadi orang kaya yang congkak. Kalau tidak jatuh bangkrut, mungkin kita menjadi kaya. Tetapi, kita semakin congkak. Dengan sikap congkak inilah, kita tidak memanfaatkan kekayaannya itu untuk kebaikan. Kita memanfaatkan semua itu semata-mata untuk memperturutkan hawa nafsu.

Ketiga, kita tertimpa penyakit yang menghabiskan dan merusak tubuh kita sendiri. Organ tubuh kita berjumlah jutaan. Satu organ saja yang rusak, sakit sekali bahkan harus menanggung beban obat yang besar.

Keempat, kita menjadi pikun dan tidak mengerti terhadap apa yang dulunya dimengerti. Orang yang tidak mengerti, padahal dulunya mengerti, itulah pikun. Pikun bukan hanya disebabkan oleh usia tua, tetapi dapat juga disebabkan oleh suatu jenis penyakit tertentu yang membuat orang lupa, seperti stroke.

Kelima, kita kedatangan kematian yang menghabiskan segala-galanya. Kematian merupakan batas kesempatan manusia. Jika kematian datang, di situlah batas kesempatan kita untuk beramal. Setelah meninggal, kita memanen amal perbuatan yang dilakukan. Rasulullah menyatakan bahwa segala sesuatu itu ada musim panennya. Musim panen umat Muhammad adalah antara usia 60 hingga 70-an tahun. Pada usia 60 hingga 70-an tahun, banyak orang yang dipetik.

Keenam, kita menunggu datangnya Dajjal, yakni keadaan masa datang yang sangat buruk dan ditunggu. Dajjal digambarkan oleh Rasullah seperti makhluk yang merusak dan menyesatkan ummat manusia. Ia memiliki tiga kemampuan, yaitu kemampuan di bidang kekuasaan, kemampuan sains, dan kemampuan teknologi. Tiga kemampuan yang dilambangkan Dajjal itu membuat banyak orang tertipu dengannya. Orang yang memiliki kekuasaan, sains dan teknologi lalu tidak memanfaatkan kemampuannya itu untuk perbuatan yang baik, membuat dirinya terjerumus. Konsekwensinya, dia rela menjual agamanya dan meninggalkannya.

Ketujuh, kita menunggu datangnya hari kiamat, suatu kondisi akhir sejarah kehidupan dunia yang amat dahsyat dan menyedihkan.

Sebelum ketujuh hal di atas datang, Rasulullah menganjurkan agar dengan sebaik-baiknya kita memanfaatkan kesempatan yang dimiliki untuk' meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kita senantiasa mendapat bimbingan dan ridla-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket