ALQURAN MEMBAWA KEBERKAHAN

Dan ini (Al Qur'an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberikan peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur'an), dan mereka selalu memelihara shalatnya. (Surat Al An'aam: ayat 9)

Mukhjizat AlQuran

"Katakanlah, Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk menyusun semacam Al-Quran ini, mereka tidak akan berhasil menyusun semacamnya walaupun mereka bekerja sama" (QS Al-Isra,[17]: 88).

IQRA'

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya" (QS Al-'Alaq [96]: 1-5).

ALQURAN TERPELIHARA

"Sesungguhnya Kami (Allah bersama Jibril yang diperintahNya) menurunkan Al-Quran, dan Kami(yakni Allah dengan keterlibatan manusia) yang memeliharanya" (QS Al-Hijr [15]: 9).

DI BAWAH NAUNGAN ALQURAN

Ya Allah, jadikanlah kami ahlul Quran dan jangan Engkau haramkan kepada kami untuk memahami Al-Quran, dan berikanlah kepada kami taufik dan hidayahMu agar kami senantiasa mampu untuk mengamalkan Al-Quran...

Photobucket

Minggu, 31 Januari 2016

PENDAPAT ILMUWAN TENTANG ALQURAN

1. Prof. DR. Joe Leigh Simson
Ketua Jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Professor bidang Moleculer dan Genetika Manusia,
Baylor College Medicine, Houston
"Agama dapat menjadi petunjuk yang berhasil untuk pencarian ilmu pengetahuan. Dan agama ISLAM dapat mencapai sukses dalam hal ini. Tidak ada pertentangan antara ilmu GENETIKA dan AGAMA. Kenyataan di dalam ALQURAN yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid. Al-Quran yang berasal dari ALLAH mendukung Ilmu Pengetahuan"

2. Prof. Marshall Johson
Guru besar Ilmu Anatomi dan Perkembangan Biologi,
Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, Pennsylvania, AS
" Nabi Muhammad SAW sebagai buku ilmu pengetahuan dari ALLAH"

3. Prof. TVN Persaud
Ahli Anatomi, Ahli Kesehatan Anak-anak dan Ahli Ginekologi kebidanan dan Ilmu Reproduksi
di Universitas Menitoba, Winnipeg, Menitoba, Kanada.
" Al-Quran adalah sebuah kitab, petunjuk, kebenaran, bukti dankebenaran yang abadi bagi kita sampai akhir zaman"

4. Prof. Tejatat Tejasen Ketua Jurusan Anatomi Universitas Thailand, Chiang Mai
" Semua yang tertulis didalam Al-Quran pasti sebuah kebenaran yang dapat dibuktikan"

Pada saat Konferensi Kedokteran ke-8 di Riyadh ia berkata :

pada hari ketiga tahun-tahun terakhir ini, saya menjadi tertarik mempelajari Al-Quran. Tahun lalu Saya mendapati mendapati tulisan Professor Keith Moore terakhir dari Abdul Majid az-Zindani. Dia meminta saya menterjemahkan kedalam bahasa Thailand dan memberikan sedikit kuliah di Thailand. Saya telah memenuhi permintaannya. Anda dapat melihatnya dalam videotape yang saya berikan kepadanya sebagai sebuah hadiah. Dari Penelitian Saya dan apa yang saya pelajari secara keseluruhan dalam konferensi ini, saya percaya bahwa semuanya yang telah tertulis di dalam Al-Quran pasti sebuah KEBENARAN, yang dapat dibuktikan dengan peralatan ilmiah. Sejak Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat membaca maupun menulis, Muhammad pasti seorang utusan yang menyiarkan Kebenaran yang diturunkan kepadanya sebagai seorang yang dipilih oleh Sang Pencipta. Pencipta ini pasti ALLAH atau tuhan. Oleh karena itu, saya berfikir inilah saatnya saya mengucapkan kalimat "LAAILLAHA ILLALLAH (Tiada Tuhan Selain Allah) Muhammad Rasul Allah".

5. Prof. Alfred Kroner Ketua Jurusan Geologi Institute Geosciences,
Universitas Johannes Guttenburg, Maintz, Jerman
" .... Metode ilmiah modern sekarang membuktikan apa yang telah dikatakan Muhammad 1400 tahun yang lalu. Al-Quran adalah buku teks ilmu pengetahuan yang simple dan sederhana untuk orang yang sederhana ( ketika zaman rasulullah ilmu pengetahuan masih minim alias belum ada tapi sekarang dibuktikan )"

6. Prof. Palmer Ahli Geologi ternama Amerika Serikat.
" Al-Quran adalah kitab yang menakjubkan yang menggambarkan masa lalu, sekarang, dan masa depan."

7. Prof. Shroeder
Ilmuwan Kelautan dari Jerman.
" Ilmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang tertulis di dalam Al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para Ilmuwan

sekarang hanya menemukan apa yang tekah tersebut di dalam Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu."


8. Prof. Yoshihide Kozai
Guru Besar Universitas Tokyo
Direktur The National Astronomical Observatory, Mikata, Tokyo, Jepang
" Dengan membaca Al-Quran, saya dapat menemukan jalan masa depan saya untuk investigasi alam semesta"

ALQURAN DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN

Secara apriori mengasosiasikan Qur-an dengan Sains, adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara Qur-an dan Sains. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran yang tak ada hubungannya seperti ilmu pengetahuan, merupakan hal yang paradoks bagi kebanyakan orang pada zaman ini?

Sesungguhnya sekarang para ahli Sains yang kebanyakannya terpengaruh oleh teori materialis, menunjukkan sikap acuh tak acuh bahkan sifat rnerendahkan terhadap soal-soal agama, karena mereka memandangnya sebagai hal yang didasarkan atas legenda. Selain daripada itu, di negeri Barat (negeri pengarang, dan kalangan orang-orang yang terpelajar menurut sistem Barat), jika seseorang berbicara tentang Sains dan agama, kata agama itu difahami sebagai agama Yahudi dan Kristen tetapi tak ada orang yang memasukkan Islam dalam kata agama itu. Tentang Islam, orang Barat mempunyai gambaran yang salah dan karena itu mereka juga menunjukkan penilaian yang salah, sehingga sampai hari ini sangat susah bagi mereka untuk mendapatkan gambaran yang tepat dan sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. [Baca selengkapnya]

AL-QUR’AN SEBAGAI PUSAT INFORMASI

Bila kita rajin mengkaji al-Qur’an, maka akan dijumpai di dalamnya berbagai macam informasi, baik informasi masa lalu, peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang dan gambaran-gambaran masa depan. Dalam kitab suci akhir zaman itu dijumpai juga berbagai macam perumpamaan, nasehat-nasehat, pelajaran yang amat berharga, rekaman peristiwa masa lalu dan sejarah kehidupan umat manusia dari masa ke masa. Segala peristiwa yang kita jumpai sekarang ini dan gambaran peristiwa yang akan datang, segera diketahui oleh mereka yang rajin mengkaji al-Qur’an. Berbagai peristiwa dan aktivitas yang telah terjadi, sedang dan akan terjadi pola-polanya telah dijelaskan dalam al-Qur’an, demikian juga gambaran dari keadaan umat manusia selalu diinformasikan olehnya.

Profil Keluarga
Sebagai contoh, dapat dikemukakan apa yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat ternyata dijumpai berbagai macam bentuk keluarga. Ada keluarga yang begitu baik, orang tuanya baik, anak-anaknya baik dan sukses serta selalu beriman dan bertaqwa. Profil keluarga seperti ini digambarkan oleh al-Qur’an seperti keluarga Imran, Nabi Ya’kub dan sebagainya. Dalam masyarakat dijumpai ada keluarga yang orang tuanya begitu baik, ia tergolong orang-orang yang sabar, beriman dan bertaqwa tetapi anaknya sangat buruk, tidak tergolong orang-orang yang baik malah melakukan perbuatan yang keji. Gambaran keluarga ini disebutkan al-Qur’an, misalnya keluarga Nabi Nuh, puteranya termasuk orang yang menentang kebenaran yang dibawa oleh ayahnya sendiri. Allah SWT berfirman:

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Q.S. Hud, 11: 42 – 43).

Kalau tadi digambarkan ada keluarga yang orang tuanya baik sedangkan anaknya tidak baik, maka dalam masyarakat kita jumpai juga keluarga yang anak-anaknya begitu baik, taat, rajin beribadah dan bertaqwa, tetapi orang tuanya tidak baik, bahkan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak layak. Contoh keluarga seperti ini digambarkan al-Qur’an dalam keluarga Nabi Ibrahim dan ayahnya Azar yang selalu menyembah berhala.

"Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." (QS. Maryam 19: 41 – 46). Perhatikan juga Q.S. al-An’am, 6 : 74 – 75.
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata". Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.” (Q.S. al-An’am, 6 : 74 – 75).

Dalam masyarakat dijumpai juga suami-suami yang begitu baik, ia bekerja dengan sungguh-sungguh dan terus prihatin untuk berusaha membahagiakan keluarga. Ia rajin beribadah dan meningkatkan iman dalam kehidupan sehari-hari, tetapi istrinya curang, tidak sabar, melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela bahkan mungkin menyeleweng. Gamabaran seperti ini dilukiskan al-Qur’an dalam keluarga Nabi Luth as, istri beliau adalah seorang wanita pembangkang terhadap ajaran kebenaran yang dibawa suaminya. Sehingga ia termasuk orang yang dibinasakan Allah bersama para pembangkang lainnya.

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (Q.S. al-A’raf, 7 : 80 – 84).

Kalau tadi digambarkan seorang suami begitu baik sedangkan istrinya tergolong wanita terlaknat, maka dalam masyarakat dijumpai keluarga yang berlawanan dengan keluarga tersebut di atas. Ada istri yang begitu baik, amat tabah, rajin beribadah dan berakhlak mulia, tetapi suaminya laki-laki yang jahat, pemabuk, sering menyakiti istri dan mengerjakan perbuatan yang tidak terpuji. Gambaran seperti ini diisyaratkan al-Qur’an dalam keluarga Fir’aun dan istrinya Asiyah. Betapa jahatnya Fir’aun berbuat dzalim bahkan mengaku sebagai Tuhan.

"Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu'jizat yang besar. Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi." (Q.S. al-Nazi’at, 79 : 17 – 24).

Akan tetapi istrinya adalah seorang wanita yang shalihah yang senantiasa bermunajat dengan Allah, beribadah dan selalu bertaqwa kepada-Nya. Beliau pernah berdoa dan doa itu diabadikan dalam al-Qur’an:

"Tuhanku, dirikanlah untukku, istana di sisi-Mu (dalam surga), dan selamatkanlah aku dari diri Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim.” (Q.S. al-Tahrim, 66 : 11).

Banyak lagi contoh-contoh yang lain mengenai kehidupan keluarga dalam masyarakat yang menggambarkan keadaan mereka dari masa ke masa.

Profil Orang Kafir dan Musyrik


Contoh berikut ini adalah gambaran mengenai sikap hidup, prilaku dan keadaan orang-orang kafir dan munafiq. Digambarkan al-Qur’an bahwa keadaan mereka dari masa ke masa itu sama saja, pola-polanya jelas betul, hanya variasinya saja yang sedikit berbeda. Pada kehidupan modern yang kita alami sekarang ini sering dijumpai lontaran pernyataan atau pendapat yang menyatakan bahwa orang-orang yang mau mempelajari agama, belajar ke masjid, menghadiri majlis ta’lim dan percaya tanpa reserve pada kitab suci al-Qur’an atau al-Sunnah dikatakan sebagai orang-orang awam, orang bodoh, bukan kalangan intelektual. Penyataan seperti itu diinformasikan al-Qur’an telah diucapkan orang-orang kafir dan munafiq sejak masa lalu, sejak zaman Nabi Nuh as.

"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta." (Q.S. Hud, 11 : 27).

Diulang oleh orang-orang kafir dan munafiq di masa Nabi Musa as dan diulang kembali oleh orang-orang kafir dan munafiq di masa hayat Rasulullah SAW.

"Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (Q.S. al-Baqarah 2 : 13).

Dalam kehidupan modern terkadang kita jumpai sekelompok orang yang meminta bukti-bukti adanya Tuhan secara ilmiah, baru mereka akan beriman. Bukti-bukti seperti ini tentunya tidak akan mungkin dapat diberikan, karena esensi Tuhan yang berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan yang amat lemah, terbatas, dan sempit. Dengan demikian ilmu tidak mungkin dapat menginformasikan tentang esensi Tuhan yang Maha Ghaib. Mempercayai adanya Tuhan adalah soal keyakinan, bukan soal ilmiah. Permintaan seperti itu, pernah juga dituntut oleh orang kafir dan umat Nabi Musa as kira-kira 6000 tahun yang lalu, dijelaskan dalam al-Qur’an:
"Dan (ingatlah) ketika kamu mengatakan: “Hai Musa kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan mata kepala”. (Q.S. al-Baqarah, 2 : 55).
Contoh-contoh yang diisyaratkan al-Qur’an, tentang kehidupan umat manusia pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, dalam uraian di atas hanya merupakan sebagian kecil dari contoh-contoh yang disebutkan al-Qur’an. Apabila kita rajin mengkaji ayat demi ayat dari al-Qur’an, kita akan memperoleh informasi yang sangat luas dan mendalam tentang hidup dan kehidupan umat manusia. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 30 Januari 2016

METODA PENYUSUNAN AYAT-AYAT DALAM AL QUR'AN

Kapan Al Qur'an dibukukan?
Jika yang dimaksud adalah Al Qur'an cetakan seperti yang ada di hadapan kita sekarang, tentu saja kitab ini masih baru, sebab sejarah mencatat bahwa teknologi percetakan baru dimulai pada tahun 1450. Sedangkan tentang kapan, di mana, dan siapa yang menctak Al Quran pertama kali di Indonesia, ada beberapa versi. Ada yang mengatakan tahun 1698 di Batavia, atau Jakarta jaman Belanda, diprakarsai oleh seorang pendeta Katolik asal Italy; Ludvico Marrace Lucersi. Sementara ada yang mengatakan pada tahun 2007 di Ciawi, Bogor oleh Departemen Agama. [1]

Tapi jika yang dimaksud adalah Al Qur'an dalam arti lembaran-lembaran yang terbuat dari kulit, pelepah kurma atau media lain yang sudah dikenal saat itu, maka sebenarnya Al-Quran telah ditulis sejak pertama kali turun.Rasulullah SAW punya beberapa sekretaris pribadi yang kerjanya melulu hanya menulis Al-Quran. Mereka adalah para penulis wahyu dari kalangan sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, ‘Ubai bin K’ab dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhum. Bila suatu ayat turun, beliau memerintahkan mereka untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah.

Di samping itu sebagian sahabat pun menuliskan Qur’an yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh nabi. Mereka menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Zaid bin Tabit, Kami menyusun Qur’an di hadapan Rasulullah pada kulit binatang.

Para sahabat senantiasa menyodorkan Qur’an kepada Rasulullah baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan.Tulisan-tulisan Qur’an pada masa Nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki orang lain. Para ulama telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas’ud telah menghafalkan seluruh isi Qur’an di masa Rasulullah. Dan mereka menyebutkan pula bahwa Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Qur’an di hadapan Nabi, di antara mereka yang disebutkan di atas.

Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah di saat Qur’an telah dihafal dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti disebutkan di atas, ayat-ayat dan surah-surah dipisah-pisahkan atau diterbitkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu lembar secara terpisah dalam tujuh huruf. Tetapi Qur’an belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh. Bila wahyu turun, segeralah dihafal oleh para qurra’ dan ditulis para penulis; tetapi pada saat itu belum diperlukan membukukannya dalam satu mushaf, sebab Nabi masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. [2]

Di samping itu terkadang pula terdapat ayat yang me-nasikh sesuatu yang turun sebelumnya. Susunan atau tertib penulisan Qur’an itu tidak menurut tertib nuzul-nya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan di tempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi- ia menjelaskan bahwa ayat anu harus diletakkan dalam surah anu. Andaikata pada masa Nabi SAW Qur’an itu seluruhnya dikumpulkan di antara dua sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan membawa perubahan bila wahyu turun lagi.

Mengapa Al Qur'an tidak ditulis dalam satu Mushaf pada jaman Rasulullah?
Az-zarkasyi berkata, Qur’an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudah Qur’an turun semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah. Dengan pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit yang mengatakan, Rasulullah SAW telah wafat sedang Qur’an belum dikumpulkan sama sekali. Maksudnya ayat-ayat dalam surah-surahnya belum dikumpulkan secara tertib dalam satu mushaf.

Al-Katabi berkata, Rasulullah tidak mengumpulkan Qur’an dalam satu mushaf itu karena ia senantiasa menunggu ayat nasikh terhadap sebagian hukum-hukum atau bacaannya. Sesudah berakhir masa turunnya dengan wafatnya Rasululah, maka Allah mengilhamkan penulisan mushaf secara lengkap kepada para Khulafaurrasyidin sesuai dengan janjinya yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya. Dan hal ini terjadi pertama kalinya pada masa Abu Bakar atas pertimbangan usulan Umar radhiyalahu ‘anhum.

Metoda apa yang digunakan dalam menyusun Al Qur'an?
Metode yang digunakan untuk menyusun Al-Quran adalah metode wahyu dari langit. Sebab setiap ada ayat yang turun, Rasulullah SAW selain mengajarkan bacaan dan pemahamannya, beliau juga menjelaskan tata letak ayat tersebut di dalam Al-Quran. Semua kitab tafsir yang hingga hari masih ada, bisa dijadikan dasar penafsiran kita tehadap Al-Quran. Kita punya puluhan kitab tafsir peninggalan para ulama yang sudah teruji sepanjang masa.Tentunya masing-masing kitab tafsir itu memiliki keunggulannya sendiri–sendiri. Tergantung dari sudut pandang mana seseorang ingin membidik pemahamannya terhadap A-Quran. Wallahu a’lam bishshawab.

Dari Ahmad Sarwat, Lc.

[1] Lihat Yahoo answer tentang ini
[2] Simak juga topik yang sama di Buah Pikiran Ihsan


Jumat, 29 Januari 2016

Perluasan Alam Semesta di Al Quran

Di saat pengetahuan astronomi masih primitip, Al Quran telah melukis proses terjadi alam semesta.
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya (Surat adh-Dhariyat: 47)

Kata langit, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan dalam beberapa tempat dalam Alquran dengan arti permukaan dan semesta. Di Quran, disebutkan, alam semesta meluas. Hal ini merupakan kesimpulan yang diperoleh ilmu pengetahuan masa kini.

Hingga awal abad ke-20, pandangan umum dalam dunia ilmu pengetahuan bahwa alam semesta memiliki ukuran tetap dan ia ada dari dahulu kala. Penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, bagaimanapun juga, menyatakan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan dan ia mengalami ekspansi/meluas secara konstant.

Pada awal abad ke-20, Fisikawan Rusia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgia George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta dalam gerakan konstan dan meluas. Fakta ini dibuktikan juga dengan pengamatan data pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi secara konstan bergerak menjauh satu sama lain.
Alam semesta, dimana segala sesuatu secara konstant bergerak menjauh satu sama lain diartikan sebagai alam semesta yang secara konstan meluas/mengembang/berekspansi.

Pengamatan yang dilakukan pada tahun-tahun berikutnya membuktikan bahwa alam semesta secara konstan mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Alquran pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Hal ini dikarenakan Alquran adalah firman Sang Pencipta, dan Pengatur seluruh penjuru alam semesta.

Tatkala mengacu pada matahari dan bulan dalam Alquran, dijelaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit tertentu.
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar pada garis edarnya (Surat al-Anbiya, 33).
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah statis/diam, tetapi bergerak dalam orbit tertentu.
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (Surah Ya Sin, 38)

Kenyataan di Alquran ini telah ditemukan dengan pengamatan astronomis saat ini. Menurut perhitungan ahli astronom, matahari berjalan pada kecepatan luar biasa, 720 ribu km per jam mengarah pada bintang Vega dalam orbit utama yang disebut Solar Apex. Hal ini berarti matahari berjalan kira-kira 17 juta 280 ribu kilometer dalam sehari.

Selain matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan dalam jarak yang sama. Selanjutnya, semua bintang dalam alam semesta berada dalam suatu gerakan terencana demikian. Bahwa seluruh alam semesta dipenuhi oleh garis edar dan orbit seperti ini, dinyatakan dalam Alquran sebagai berikut: Demi langit yang memiliki jalan-jalan (Surat adh-Dhariyat, 7).

Ada kira-kira 200 milyar galaksi dalam alam semesta yang masing-masing terdiri atas kira-kira 200 bintang. Segala benda-benda langit ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seperti berenang sepanjang orbitnya dalam keserasian yang sempurna dan tersusun bersama satu dengan lainnya. Selanjutnya, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang orbit yang ditetapkan baginya.

Orbit di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam hitungan, suatu orbit yang sangat terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini melenceng ke lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Ternyata, telah diamati bahwa sejumlah galaksi melintas satu sama lain tanpa satupun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Sesungguhnya, pada saat Alquran diturunkan pertama kali, manusia tidak memiliki teleskop zaman ini ataupun teknologi observasi tingkat tinggi untuk mengamati ruang angkasa dengan jarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika atau astronomi modern. Selanjutnya, pada saat itu, tidaklah mungkin untuk menetapkan secara ilmiah bahwa ruang angkasa dipenuhi lintasan dan orbit sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Namun demikian, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Alquran yang diturunkan pada saat itu.

Kamis, 28 Januari 2016

Sifat Alam Tersurat di Quran

Di awal abad ke-20, ilmuan Jerman Alfred Wegener mengungkapkan, benua di bumi telah ditempatkan bersamaan dengan awal fase pembentukan bumi. Para ahli geologi memahami bahwa yang dikatakan Wegener adalah benar pada tahun 1980, setelah 50 tahun kematiannya.

Penemuan -- yang dilakukan pada awal abad 20 -- gerakan kerak bumi dijelaskan oleh para ilmuwan sebagai berikut. Kerak terluar bumi dengan ketebalan 100 km persegi, terbagi atas dua bagian: yang disebut sebagai semacam piringan. Ada 6 piringan-piringan utama, dan beberapa berukuran kecil.

Menurut teori yang disebut plate tectonics, piringan-piringan ini bergerak di atas bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Gerakan benua telah diukur yaitu 1 - 5 cm per tahun. Karena piringan-piringan tersebut terus-menerus bergerak, hal ini menyebabkan perubahan secara perlahan pada geografi bumi. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantik menjadi lebih lebar sedikit demi sedikit.

Fakta ilmiah itu, sesungguhnya telah tercantum pada Alquran.
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. Begitulah perbuatan Alloh yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surat an-Naml, 88)

Ada hal penting yang dinyatakan di sini: Allah telah menunjukkan gerakan gunung-gunung sebagai suatu gerakan terapung dalam ayat tersebut. Kini, ilmuan modern menggunakan istilah continental drift atau benua yang mengapung untuk mengatakan hal ini.

Selain itu, Quran pun menyebutkan, gunung-gunung memiliki fungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh seorang pun pada zaman Al Quran diturunkan pertama kali. Ini merupakan fakta yang membawa pencerahan masa kini sebagai hasil penemuan geologi modern.

Berdasarkan penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tabrakan dari lapisan massive yang membentuk kulit bumi. Ketika dua lapisan tadi bertabrakan, lapisan yang lebih kuat berada di bawah lapisan lainnya, dan lapisan yang berada di atas mengkerut dan membentuk dataran tinggi atau gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah tanah dan membentuk suatu lapisan bawah yang luas dan dalam. Ini berarti gunung-gunung yang terbentang di bawah daratan memiliki ukuran sama besarnya dengan yang terlihat di permukaan bumi.

Dalam sebuah tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: Jika benua-benua berukuran lebih tebal, setebal gunung-gunung itu, kerak bumi akan terbenam lebih dalam di dalam lapisan. Dalam sebuah ayat, peranan gunung ditegaskan melalui sebuah perbandingan dengan pasak. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? (Surat an-Naba, 6-7)

Dengan kata lain gunung-gunung menggenggam lapisan dalam kerak bumi bersamaan dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik hubung lapisan-lapisan ini. Dengan cara ini, mereka mengokohkan kerak bumi dan menjaga agar tidak terapung di atas magma pada lapisan tersebut.

Singkatnya, kita bisa mengandaikan gunung-gunung seperti paku yang menjaga lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

Fungsi pengokohan dari gunung-gunung ini dijelaskan dalam literatur ilmiah dengan terminologi isostasy. Isostasy diartikan sebagai keseimbangan dalam kerak bumi oleh suatu gerakan material bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi.

Peranan vital gunung-gunung yang ditemukan ahli geologi modern dan penelitian seismic telah dinyatakan dalam Alquran berabad-abad silam sebagai suatu contoh kearifan yang agung dalam karya-karya Tuhan. Dan telah kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka (Surat al-Anbiya: 31).

Hal lain, ahli oceanography masa kini, menemukan sifat lautan yang bertemu bersama yang sebelumnya, tidak berpadu satu sama lain. Penyebabnya, kekuatan fisika yang dinamakan ''tekanan/tegangan permukaan'', perairan pada laut-laut yang bersebelahan tidak menyatu. Ini karena perbedaan densitas/kerapatan laut-laut tersebut, tekanan/tegangan permukaan mencegahnya dari berpadu satu sama lain seakan-akan ada dinding tipis diantaranya. Sifat lautan itu pun tersurat di Alquran.
Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing (Surat ar-Rahman: 19-20)

Tanda-tanda bagi yang ber-Akal

Suatu malam Rasulullah SAW meminta izin kepada istrinya, Aisyah, untuk shalat malam. Dalam shalatnya, beliau menangis. Air matanya mengalir deras. Beliau terus beribadah hingga sahabat Bilal mengumandangkan azan Subuh. Beliau masih menangis saat Bilal datang menemuinya. ''Mengapa Tuan menangis?'' tanya Bilal. ''Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Tuan baik yang lalu maupun yang akan datang?''

Nabi menjawab, ''Bagaimana aku tidak menangis, telah diturunkan kepadaku malam tadi ayat ini, 'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang ada tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.'' (Ali 'Imran: 190-191).
Selanjutnya Rasullullah berkata:
"Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya"

Alam semesta, menunjuk kepada dua ayat di atas, adalah ayat, yaitu tanda atau rambu bagi sujud dan kuasa Allah. Sebagai ayat, alam semesta ini harus dibaca dan dipelajari hingga menimbulkan iman dan kekaguman (khasy-yah) yang makin besar kepada al-Khaliq. Nabi pernah memberikan arahan agar manusia tidak memikirkan Zat Allah, tetapi cukup merenungkan alam ciptaan-Nya. Kata beliau, ''Pikirkanlah ciptaan Allah, dan jangan memikirkan Zat Allah.''

Jadi, ayat-ayat Allah itu ada dua macam. Pertama, ayat-ayat berupa Kitab Suci (qauliyah). Kedua, ayat-ayat berupa alam semesta sebagai ciptaan Allah (kauniyah). Menurut filsuf Muslim, Ibn Rusyd, alam semesta justru merupakan ayat-ayat Allah yang pertama. Dikatakan demikian, karena sebelum Allah SWT menurunkan Kitab Taurat, Injil, dan Alquran, Allah telah menciptakan alam jagat raya ini. Karena alam adalah ayat, maka sebagaimana sepotong firman adalah ayat, maka sejengkal alam juga ayat.

Sebagai ayat, alam ini selalu bergerak memenuhi tujuan penciptaan. Karena itu, penelitian terhadap alam diduga kuat dapat mengantar manusia menemukan dan meyakini wujud Allah dan kuasa-Nya. Sebagai ayat, alam ini juga mengandung hukum-hukum Allah yang dalam terminologi Alquran dinamakan takdir dan sunatullah.

Takdir merupakan hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam fisik (makrokosmos), sedangkan sunatullah merupakan hukum-hukum Allah untuk alam sosial (mikrokosmos). Sebagai hukum-hukum Allah, keduanya, takdir maupun sunatullah, mengandung kepastian dan determinasi. Manusia, karenanya, tidak mungkin dan tidak dapat melawannya.

Manusia, tidak bisa tidak, harus meneliti dan mempelajari alam dan fenomena alam agar mengenali hukum-hukum Allah yang terkandung di dalamnya. Pengenalan terhadap hukum-hukum Allah itu, dengan sendirinya, akan mendatangkan kemudahan dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia di muka bumi. Alam semesta dengan begitu benar-benar menjadi rahmat dan nikmat, bukan menjadi laknat dan petaka bagi umat manusia. Wallahu a'lam.

republika

Rabu, 27 Januari 2016

Masalah Genetika di Al Quran

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan (Surat an-Najm, 45-46)

Ilmu genetika, hingga beberapa waktu lalu, memperkirakan jenis kelamin ditentukan sel ibunya. Begitupun dipercaya bahwa jenis kelamin ditentukan sel jantan dan sel betina bersama-sama.

Benarkah? Alquran justeru memberikan penjelasan berbeda. Yaitu jenis kelamin laki-laki atau perempuan ditentukan sperma yang dipancarkan ke dalam kandungan.

Belakangan, perkembangan disiplin ilmu genetika dan biology molekuler, membenarkan secara ilmiah penjelasan pada Quran. Kini dipahami bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel sperma yang berasal dari laki-laki, dan perempuan, tidak memiliki peran apapun dalam proses ini.

Chromosom merupakan elemen utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur seorang manusia dinyatakan sebagai kromosom seks. Dua kromosom ini dinamakan XY pada laki-laki dan XX pada wanita. Ini karena bentuk kromosom-kromosom ini mirip dengan huruf-huruf tersebut. Kromosom Y membawa gen yang menandakan jenis laki-laki, sedangkan kromoson X membawa gen yang menandakan perempuan.

Pembentukan seorang manusia baru, berawal dari kombinasi silang salah satu kromosom-kromosom ini, yang berada dalam pasangan laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, kedua komponen sel kelamin, yang terbelah dua selama ovulasi, membawa kromosom X. Jenis kelamin laki-laki, di sisi lain, memproduksi jenis sperma yang berbeda, satu mengandung kromoson X dan yang lainnya mengandung kromosom Y. Jika sebuah kromosom X dari perempuan bergabung dengan sebuah sperma yang mengandung kromosom X, maka bayi tersebut adalah perempuan. Jika ia bergabung dengan sperma yang mengandung kromosom Y, maka bayi tersebut adalah laki-laki.

Tak satupun dari hal ini diketahui sampai penemuan ilmu genetika pada abad ke 20. Sesungguhnya, pada beberapa peradaban, dipercaya bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh tubuh perempuan. Itulah mengapa wanita-wanita dipersalahkan bila melahirkan anak perempuan. Tiga belas abad sebelum gen manusia ditemukan, Alquran telah menyampaikan berita yang menolak khurafat ini. Quran pun menjelaskan bahwa asal mula jenis kelamin bukanlah terjadi dari perempuan tetapi dengan air mani laki-laki.

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan ovum/sel telur wanita, intisari bayi yang akan dilahirkan terbentuklah. Sel tunggal yang diketahui sebagai
zigot dalam ilmu biologi secara langsung akan mulai bereproduksi dengan membelah diri dan akhirnya menjadi segumpal daging. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat manusia dengan bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan periode pembentukan/pembelahan nya dengan kekosongan. Ia melekat pada uterus seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui tali ini, zigote bisa mendapatkan zat-zat penting bagi pembentukannya dari tubuh ibunya.

Di sini, pada titik ini, sebuah keajaiban Alquran terlihat. Saat menunjukkan zigot yang terbentuk dalam kandungan ibu, Alloh menggunakan kata alaq dalam Alquran:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah) (Surat al-Alaq, 1-3)

Arti kata alaq dalam bahasa Arab adalah suatu benda yang menancap/menempel pada suatu tempat. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah/pacet yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pengetahuan ilmiah yang tersingkap itu, selaras dengan berita pada Alquran. Keselarasan ini kian membuktikan bagi umat manusia -- bahkan tak sekadar bagi umat Islam -- Alquran itu suara kebenaran dari-Nya.

Selasa, 26 Januari 2016

PENANGGALAN ISLAM MENURUT AL-QURAN

Manusia purbakala semenjak Adam sampai Nuh senantiasa menggunakan penanggalan Qamariah, dan yang demikian itu sesuai dengan firman Allah:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah[9]:36)

Tetapi setelah badai Nuh, terjadilah pergantian musim karena bumi bergerak zig-zag ke selatan dan ke utara garis ekliptik sewaktu mengorbit pada lingkarannya mengitari matahari. Pergantian musim tersebut nyata mempengaruhi sosial ekonomi penduduk yang mendiami zona temperatur, maka penduduk Mesirlah yang pertama kali menjadikan pergantian musim untuk penanggalan sesuai dengan jadwal pertanian waktu itu. Ini ditandai dengan bintang Sirius bersamaan dengan terbitnya matahari di ufuk timur. Menurut catatan yang ada, hal yang sama juga berlaku pada bangsa Maya di Mexico sejak kira-kira 580 tahun sebelum Masehi.

Sewaktu Julius Caesar berada di Mesir, dia mempelajari penanggalan musim, dan dengan pertolongan seorang astronom Greek bernama Sosigenes, maka berubahlah tradisi bangsa Romawi yang awalnya menggunakan penaggalan Qamariah menjadi penanggalan musim. Bahkan salahsatu nama bulan dalam penaggalan musim itu ditukar dengan July untuk menghormati Caesar. Dia dilahirkan pada tahun 116 sebelum Masehi dan meninggal tahun 44 sebelum Masehi, sedangkan penanggalan musim mulai disyahkan pada tahun 45 sebelum Masehi, yaitu satu tahun sebelum kematian Julius Caesar.

Sewaktu penanggalan tersebut diuji ternyata cocok dengan pergantian musim yang satu tahunnya terdiri dari 365 hari 6 jam. Maka mulailah bangsa lain, yang awalnya menggunakan Lunar Year, mengikuti penanggalan musim. The 1973 World Almanac And Book of Facts menyatakan bahwa penganut Protestan baru mulai menggunakan penanggalan musim pada permulaan abad 18 Masehi. Perancis pada tahun 1793, Jepang tahun 1873, China tahun 1912, Greek tahun 1924, dan Turki tahun 1927.

Setelah enam belas abad, penanggalan musim yang disahkan oleh Julius Caesar itu ternyata tidak tepat lagi sebagai tahun musim, sebab memang pergerakan Bumi ke utara dan ke selatan telah semakin berkurang sesuai dengan berkurangnya gerak pendulum bebas. Daerah kutub yang diliputi es semakin meluas sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al-Quran surah Ar-Rad ayat 41 dan surah Al Anbiyaa ayat 44 hingga pernah dikatakan “Bumi jadi semakin dingin”, dan musim dingin memang lebih cepat datangnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Karena itu, Paus Georgery VIII merubah penanggalan tersebut dan menetapkan tanggal 4 oktober 1582 menjadi tanggal 15 oktobe 1582, atau memperpendeknya sebanyak sebelas hari berdasarkan pada pergantian musim yang tidak cocok lagi dengan penanggalan Julius Caesar, dan bahwa waktu dalam tahun musim telah semakin berkurang. Tepatnya waktu itu ialah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Penanggalan inilah yang sampai pada abad 20 Masehi masih dipergunakan oleh berbagai bangsa di dunia.

Sebagai akibat dari kalender Georgery ini, maka Inggris dan daerah kolonialnya di Amerika merubah pula tanggal 3 September 1752 menjadi tanggal 14 September 1752, hingga kelahiran George Washington yang pada awalnya dicatat tanggal 11 Pebruari 1731 harus dirubah menjadi tanggal 22 Pebruari 1731. Sementara itu timbul pula perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran Jesus yang dinyatakan 25 Desember, ada yang menyatakan 4 tahun sebelum tahun Masehi yang berlaku, hingga tahun 2011 seharusnya ditulis tahun 2015.

Julius Caesar telah melakukan hal yang benar pada zamannya, begitu pula Paus Georgery VIII pada zamannya. Keduanya menyusun penanggalan musim yang cocok pada zaman masing-masing, tetapi waktu pergantian itu sendiri yang telah berkurang. Dan benar pula pernyataan Encyclopedia Americana 1975 jilid 9 halaman 588; yakni 75’ setiap seratus tahun.° 27’ pada tahun 1975, dan berkurang terus menerus 0° bahwa penyimpangan ekuator bumi dari garis ekliptik keliling matahari tercatat 23.

Adapun penanggalan musim yang disebut juga dengan tahun Masehi ini sebetulnya bukan berdasarkan pada edaran bumi yang mengelilingi matahari. Sebab Julius Caesar dan Paus Georgery VIII sendiri ketika itu masih mengira bahwa bintang-bintang mengitari bumi dan mereka belum mengetahui keadaan bumi yang sebenarnya. Tetapi anehnya, umat manusia hari ini masih menggunakan penanggalan musim tersebut, bahkan mengira bahwa orbit bumi mengelilingi matahari merupakan dasar yang cocok untuk penanggalan itu.

Suatu hal yang selama ini kurang diperhatikan penduduk bumi adalah bahwa sesungguhnya penanggalan musim itu hanya menguntungkan penduduk zona temperatur belahan utara, tetapi merugikan penduduk belahan selatan, terutama menyangkut hari-hari libur. Mereka merayakan tahun baru tanpa dasar yang pasti, dan berbulan baru saat bulan di angkasa sedang purnama.

Kalender Julius Caesar diperbaiki Paus Georgery VIII setelah 16 abad, dan perbaikan itu sudah berlangsung selama 4 abad. Oleh karenanya sangat wajar bila kemudian timbul pendapat yang mengatakan penaggalan pergantian musim tidak cocok lagi dengan penanggalan Masehi. Penanggalan inilah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. At-Taubah[9]:37)

[Ingat, bahwa sesudah tanggal 4 Oktober 1582 harus ditulis tanggal 15 Oktober 1582, demikian seterusnya.]

Allah melarang kita menggunakan penanggalan berdasarkan pergantian musim karena tidak permanen, bahkan dari waktu ke waktu kian berkurang rentang masanya serta menguntungkan penduduk belahan utara untuk sementara waktu tetapi merugikan penduduk di selatan untuk selamanya. Apalagi di daerah kutub, di mana satu tahunnya terdiri dari satu siang dan satu malam. Penanggalan itu menghilangkan nilai empat bulan penting dalam Islam yang pada awal abad 15 Hijriah hampir tidak dihiraukan oleh orang-orang muslim sendiri karena pada bulan-bulan tersebut mereka masih tetap melakukan perburuan di muka bumi. Dan yang paling terkesan adalah bahwa penanggalan musim itu telah memperbanyak hari libur di antara masyarakat Islam, ditambah dengan wajib puasa pada bulan Ramadhan.

Dinyatakan bahwa penanggalan musim itu sebagai suatu kemunduran karena mengundurkan jumlah hari dalam setahun dari 355 hari menjadi 365 hari pada abad 15 Hijriah, dan dinyatakan penambahan dalam kekufuran karena penanggalan itu menyebabkan tanggal-tanggal penting dalam Islam menjadi tidak menentu dan tidak pasti. Penanggalan itu juga yang menyebabkan orang berlibur mingguan, terbukti dengan nama hari Friday dan Sunday, yaitu hari untuk libur saat mana hukum Islam menjadi sulit untuk dilaksanakan. Akhirnya pengguna penanggalan musim menghalalkan yang secara jelas diharamkan oleh Allah dan itulah penambahan dalam kekufuran.

Allah menyatakan agar penanggalan didasarkan pada orbit bumi dan orbit bulan seperti dimaksud pada surah At-Taubah ayat 36 di atas, bahkan lebih jelas lagi ditegaskan-Nya pada ayat-ayat berikut ini:

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Al-Baqarah[2]:189)

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah[2]:197)

Hilal, yaitu bulan baru atau bulan sabit yang waktunya ditentukan oleh Allah 12 kali dalam satu tahun, selain ditegaskan dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 36 di atas, juga sangat erat hubungannya dengan ayat berikut:

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus[10]:5)

"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa." (QS. Yunus[10]:6)

Karenanya, inilah yang harus dijadikan sebagai dasar penanggalan. Selama 12 bulan itu ada 4 bulan terlarang saat mana wajib Haji berlaku bagi setiap Muslim yang sanggup. Adapun dari surah Al-Baqarah ayat 189 di atas, kita mengerti bahwa manusia tidak dibenarkan mendatangi rumah-rumah dari belakangnya akan tetapi hendaklah dari pintu-pintu depannya dan tentu saja, tiak seorang pun yang memiliki akal sehat memilih memasuki rumah dari belakang yang tidak berpintu. Namun yang sesungguhnya dimaksud oleh Allah dalam Ayat Suci itu, sekalipun tampaknya wajar dan lumrah saja, adalah mendatangi atau memasuki bulan penanggalan setiap tahun harus dari Hilal yang sudah lebih dulu dinyatakan pada awal ayat itu sendiri.

Artinya, hendaklah orang berawal bulan di waktu Hilal mulai muncul di ufuk barat di senja hari yang berlaku pada penanggalan Qamariah. Tetapi orang yang memakai penanggalan musim tidak memperdulikan Hilal, bahkan mereka berawal justru saat bulan sedang purnama. Hal ini dinyatakan Allah sebagai mendatangi rumah dari belakang yang tidak berpintu, dan pada Ayat ke 37 surah Al-Baqarah dinyatakan sebagai menambah pada kekafiran.

Jika penanggalan musim tidak berdasarkan pada orbit bumi yang mengelilingi matahari dan tidak pula pada orbit bulan yang mengelilingi bumi, disusun hanya untuk keuntungan pertanian penduduk belahan utara buat sementara, dan selalu merugikan penduduk belahan selatan selamanya; maka penanggalan Qamariah yang berdasarkan orbit kedua benda angkasa tadi secara logis dan adil justru menguntungkan semua orang.

Dengan memakai penanggalan Qamariah, maka:
  1. Ibadah puasa bulan Ramadhan untuk 18 tahun berlangsung pada musim semi dan musim panas di setiap zona temperatur, dan 18 tahun selanjutnya berlangsung pada musim gugur dan musim dingin secara bergantian. Sekiranya bulan Ramadhan itu diganti dengan July atau January maka keadilan tadi tidak akan berlaku. Demikian pula ibadah Hajji ke Makkah.
  2. Penanggalan dengan mudah dapat diketahui setiap hari, berdasarkan keadaan bulan di angkasa dan berlaku permanen pada tanggal tertentu setiap bulan, hal mana tidak mungkin diketahui pada penanggalan musim.
  3. tigapuluh satu bulan pada Lunar Year sama dengan tigapuluh bulan Solar Year, hal mana menguntungkan pekerja bulanan dan orang-orang yang digaji menurut penanggalan.
  4. Penanggalan Qamariah sifatnya tetap tanpa perubahan di bumi, demikian pula di planet-planet lain sebagaimana dimaksud dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 36. Pada saatnya nanti akan diketahui apakah kecepatan orbit bulan sama dengan kecepatan bulan kita atau tidak, tetapi jelas sekali bahwa pergantian musim di setiap planet tidak wajar dijadikan dasar penanggalan.
Dalam Alquran, tahun penanggalan yang berhubungan dengan orbit bulan yang mengelilingi bumi dan orbit bumi yang mengelilingi matahari dinamakan dengan "Sanah" yang kini disebut tahun Qamariah, sementara yang berhubungan dengan musim dinamakan dengan "‘Aam" yang kini disebut tahun Syamsiah atau Solar Year.

Tahun Qamariah atau Lunar Year yang menjadi dasar penanggalan Hijriah adalah tahun yang rentang waktunya tidak pernah berkurang. Ini dapat difahami jika orang sudi memperhatikan sejarah dan keadaannya:
  1. Orbit bumi yang mengelilingi matahari bukanlah berupa lingkaran bundar karena lingkaran begini akan menggambarkan jarak bumi dari matahari selalu sama sepanjang tahun, padahal pengukuran dengan sistem parallax menyatakan ada kalanya bumi berjarak 90 juta mil dari matahari dan ada kalanya berjarak 94 juta mil. Sekiranya orbit bundar itu benar maka bumi akan kekurangan daya layangnya untuk mengitari matahari, dan aktifitas sunspot di permukaan matahari tetap stabil, statis, padahal perubahan aktifitas itu selalu ada yang ditimbulkan oleh tarikan matahari pada planet-planet lain yang kadang-kadang mendekat dan kadang-kadang menjauh.
  2. Orbit bumi yang mengelilingi matahari bukan pula berupa lingkaran elips atau lonjong karena lingkaran begini akan membentuk dua titik perihelion dan dua titik aphelion orbit. Jika benar elips atau lonjong, maka susunan tatamatahari akan kacau balau dengan akibat yang sulit diramalkan. Dan dengan pemikiran logis, orbit demikian dapat dikatakan tidak mungkin terjadi dalam tarik-menariknya matahari dengan bumi, karena setiap kali bumi berada pada titik perihelion orbitnya, dia harus tertarik untuk membelokkan arah layangnya ke kiri beberapa derajat mendekati matahari yang dikitari.
  3. Orbit berbentuk lingkaran oval adalah satu-satunya yang diciptakan untuk bumi, memiliki satu perihelion yaitu titik di mana bumi paling dekat pada matahari sembari melayang cepat, dan satu titik aphelion yaitu titik terjauh dari matahari saat mana bumi melayang lambat. Dengan orbit oval begini terwujudlah daya layang berkesinambungan menurut KETENTUAN Allah, begitu pun jarak relatif antara 90 juta mil, dan aktifitas sunspots yang berubah-ubah sepanjang tahun guna mewujudkan pergantian musim dan perubahan cuaca di muka Bumi.
Keadaan orbit planet yang demikian ini dinyatakan oleh Allah dengan sebutan "Sidrah" pada ayat-ayat berikut:

"(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya." (QS. An-Najm[53]:14-16)

Arti Sidrah adalah Teratai, bunga yang mengambang di atas permukaan air sementara akarnya tertanam kuat ke tanah di dasar air. Saat pasang naik, teratai itu ikut naik dan ketika pasang surut dia pun ikut turun. Demikian pula bumi bergerak mengitari matahari dalam orbit ovalnya - yang prinsipnya kemudian digunakan oleh manusia pada roda dengan sistem piston guna penambah daya dorong pada mesin bertenaga besar.

Lingkaran oval berbentuk telur memiliki bujur besar dengan titik aphelion, dan bujur kecil dengan titik perihelion. Sewaktu bumi berada pada titik perihelion ini, tarik-menariknya dengan matahari sangat kuat sehingga pada saat itu gelombang laut menjadi lebih besar daripada biasanya, dan dimulailah penanggalan Muharram sebagai bulan pertama Lunar Year. Karena keadaan bumi serius sekali, melayang cepat dan saat itu posisinya sangat dekat dengan matahari, lalu dinamakan Muharram atau bulan terlarang atau Syahrul Haraam yang sering pula diartikan sebagai “Bulan Mulia.”

Kemudian bumi mulai melayang lambat dan paling lambat saat berada di titik aphelion, yaitu bulan ke-tujuh. Maka bulan Rajab itu pun dinamakan bulan terlarang karena bumi ketika itu paling jauh dari matahari dan dalam keadaan serius pula. Pada tanggal 27 bulan itulah, dahulu Nabi Muhammad SAW dimi’rajkan Allah dari bumi ke Sidhratil Muntaha.

Setelah itu bumi mulai pula melayang cepat karena ditarik oleh matahari hingga mencapai bulan ke-sebelas dan lebih cepat pada bulan ke-duabelas, yaitu bulan Zulkaedah dan Zulhijah. Semakin dekat pada matahari, kedua bulan itu lalu dinamakan juga bulan terlarang karena nyatanya bumi dalam keadaan serius. Dan pada tanggal 29 Zulhijah, bumi menyelesaikan satu orbitnya 345 derajat matahari, yaitu satu tahun Lunar Year.

Itulah sebabnya kenapa Muharram, Rajab, Zulkaedah, dan Zulhijah dinamakan empat bulan terlarang. Pada bulan-bulan ini bumi sedang mengalami tarikan kuat dari matahari dan juga mengalami tarikan terlemah hingga manusia di bumi bagaikan diberi peringatan tentang planet yang didiaminya, terutama mereka yang mengetahui hisaab atau perhitungan nasib diri. Namun keadaan ini juga mengandung ilmu astronomi yang perlu dipelajari oleh manusia.

Sementara itu, bulan Rabi’ul Awal, bulan di mana Rasulullah saw lahir dan meninggal dunia, begitu juga bulan Ramadhan sebagai bulan turunnya Al-Quran, sama-sama tidak dinyatakan sebagai bulan terlarang. Dari sini cukup jelas bahwa Islam tidak mengenal kultus. Sebagai contoh, Al-Quran tidak memberikan cukup data tentang hari kelahiran Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw, sekalipun yang disebut pertama adalah pendiri Ka'bah dan dinyatakan oleh Allah sendiri sebagai Imam bagi seluruh umat manusia, sementara yang kedua dinyatakan-Nya sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam sekaligus Nabi penutup dan Rasul Allah yang terakhir.

Satu kali orbit bumi mengitari matahari bukan 360 derajat, akan tetapi 345 derajat, yang dilaluinya selama 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Dalam satu bulan Qamariah, bumi bergerak sejauh 28? 45’ atau dalam satu hari sejauh 0derajat 58’ 28’’,4.

Perlu dicatat bahwa bulan mengorbit mengitari bumi sejauh 331? 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11? 12’. Jadi keliling 360? – 331? 15’ = 28? 45’. Jika dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar bumi mengelilingi matahari.

Untuk mengitari matahari 360 derajat keliling, bumi memerlukan waktu selama 370 hari. Sementara itu, satu tahun musim pada abad 20 Masehi dijalani Bumi sejauh 355? 12’ selama 365 hari 6 jam. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlambatnya bintang-bintang di angkasa pada waktu tertentu yang sama setiap tahunnya sejauh 4? 48’.

48’ sebelum mencapai titik lingkaran penuh, hingga 360? – 355? 12’ = 4? 48’. Jika dikalikan dengan 75 tahun musim menjadi 360? barulah bumi berada pada posisinya semula sebagai awal tahunnya. Ketika itu bintang-bintang di angkasa mungkin berada kembali pada posisi tertentu pada waktu bersamaan dengan 75 tahun y° Jadi menurut tahun musim atau Solar Year, bumi bergerak mengelilingi matahari sejauh 355? 12’, karena bumi sendiri tidak berada pada titik perihelion orbit awalnya.

Namun jika dihitung menurut tahun Hijrah atau Lunar Year, ternyata bumi memulai orbitnya dari titik perihelion pada tanggal 1 Muharram, lalu bergerak 345 derajat keliling matahari yaitu 15? sebelum mencapai titik lingkaran 360 penuh. 24 tahun kemudian, bumi akan berada kembali pada posisinya semula, yaitu 360? – 345? sama dengan 15? x 24 tahun = 360?. Waktu itu setiap bintang di angkasa berada kembali pada posisi tertentu bersamaan dengan posisinya pada waktu tertentu 24 tahun silam, dan bumi juga berada kembali pada titik perihelion orbitnya lagi.

Adakah ayat-ayat Allah yang menganjurkan manusia untuk menggunakan penanggalan Qamariah?

Al-Quran memberitahu manusia tentang hal-hal yang logik, sesuai dengan pertimbangan dan pemikiran akal sehatnya. Ini disebutkan dalam berbagai ayat, di antaranya:

"(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu." (QS. Ali-Imran[3]: 60).

Al-Quran mengandung pokok-pokok keterangan dan jawaban atas setiap pertanyaan, dinyatakan dengan:

"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Nahl[16]:89).

Hanya manusia saja yang belum dapat dengan sungguh-sungguh mengambil manfaat dan menggunakan seluruh keterangan Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Adapun mengenai penanggalan, secara spontan Al-Quran memberikan pelajaran sebagaimana dimaksudkan pada ayat-ayat tersebut di atas, yakni surah At-Taubah ayat 36 dan 37 serta surah Yunus ayat 5 dan 6.

Rangkaian ayat suci di atas secara jelas menerangkan bahwa penanggalan yang berlaku dan yang harus digunakan dalam seluruh aspek kehidupan dalam wilayah tata-surya ini adalah penanggalan Qamariah di bumi. Sebab penaggalan pergantian musim nyata semakin pendek waktunya, dan jika orang menggunakan penanggalan musim pula di Jupiter misalnya, maka satu tahun di sana adalah sama dengan sebelas tahun di bumi, karena selama itu pula masa pergantian musim di planet itu. apalagi kalau di Saturnus yang satu musimnya berlangsung selama 29 tahun bumi!

Penanggalan Qamariah di bumi mungkin banyak faedahnya terutama saat sudah berjalannya penerbangan antar planet. Satu-satunya planet yang memilik SATU BULAN hanyalah bumi. Oleh karenanya praktislah penanggalan Qamariah di bumi digunakan untuk wilayah tata-surya kita. Sebentar lagi terwujudlah hubungan antar planet itu sebagai realita dari maksud surah Yunus ayat 6 tadi dan sesuai pula dengan ayat berikut:

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (QS. At-Thalaq[65]:12)

Karenanya, hendaklah manusia membiasakan diri dengan maksud yang terkandung dalam surah At-Taubah ayat ke 36 di atas.

Jika orang melihat matahari condong ke utara atau ke selatan sewaktu terbit dan terbenamnya, maka itu hanyalah karena gerakan zigzag dari bumi ketika bergerak mengelilingi matahari. Kejadian yang dilihat itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada tanggal 21 Maret, matahari tepat berada di atas garis ekuator sambil bergerak ke arah utara, dan tanggal 21 Juni matahari mencapai titik 23,5 derajat dari ekuator, titik pada garis keliling yang dinamakan dengan Tropic of Cancer. Ketika itu berlaku siang terpanjang di belahan utara, sebaliknya malam terpanjang di belahan selatan. Dari tanggal 21 Juni matahari mulai bergerak kembali ke arah ekuator dan tepat berada di atas garis ekuator pada tanggal 21 September.

Pada tanggal 22 September matahari terus bergerak dari garis ekuator ke arah selatan dan sampai di garis yang dinamakan Tropic of Capricorn yaitu pada titik 23,5 derajat dari ekuator keliling bumi. Ketika itu tercatat tanggal 22 Desember saat mana berlaku siang terpanjang di belahan selatan dan malam terpanjang di belahan utara. Selanjutnya matahari bergerak kembali ke arah ekuator bumi dan sampai pada tanggal 20 Maret untuk pergantian musim selanjutnya.

Dengan gerakan matahari yang tampak dari bumi demikian, timbullah tiga lingkungan daerah tadi, baik di belahan utara maupun di belahan selatan yang rentang waktu siangnya berlainan, begitu pula rentang waktu malamnya. Disebabkan oleh hal itu pula adanya empat pergantian musim di zona temperature yaitu yang dinamakan orang sebagai musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Perpindahan posisi matahari itu juga yang menimbulkan waktu subuh, maghrib, dan sebagainya tidak pernah tetap di suatu daerah. Kadang-kadang lebih cepat dari biasanya dan kadang-kadang lebih lambat.

Misalnya pada bulan Juni, penduduk Eropa Utara mengalami waktu subuh pada jam 03.00 menurut waktu setempat, dan waktu maghrib pada jam 21.00. Tetapi pada bulan Desember; waktu subuh di sana berlaku pada jam 09.00 dan waktu manghrib pada jam 15.00. Sementara itu pada kedua bulan tersebut, penduduk Australia mengalami waktu subuh dan manghrib sebaliknya.

Dari catatan perkembangan sejarah sejak abad ke-tujuh Masehi dapat diketahui bahwa masyarakat Islam senantiasa menentukan waktu Shalat dan Puasa berdasarkan terbit dan terbenamnya matahari dipandang dari daerah kediaman masing-masing. Begitu pula penanggalan tahunan yang menurut surah At-Taubah ayat ke 36 harus didasarkan pada orbit bulan. Tetapi karena adanya pengaruh Bani Israil, tanpa disadari, banyak sekali umat Muslim yang menggunakan penanggalan musim, padahal hal itu sudah diperingatkan oleh Allah sebagai hal yang menambah pada kekafiran. Mereka mengawali bulan baru pada saat bulan di angkasa tampak purnama yang seharusnya dinyatakan sebagai 'pertengahan bulan' dalam penanggalan.

Mereka mengawali bulan baru tanpa dasar dan alasan yang pasti, kecuali menyebutkan "tradisional" sebagai alasan penyimpangannya. Begitu pula dalam bertahun baru menurut penanggalan musim atau Solar Year yang umumnya disebut tahun Masehi, mereka tidak memiliki dasar dan bukti yang kuat. Jika penanggalan itu benar-benar cocok dengan pergantian musim yang menjadi dasar penyusunannya, maka permulaan tahun atau tahun baru Masehi bukanlah pada 1 Januari, akan tetapi pada 23 Desember, yaitu tanggal permulaan matahari tampak bergerak dari Tropic of Capricorn di belahan selatan bumi ke arah Tropic of Cancer di belahan utara.

Jika misalnya penanggalan itu berdasarkan pada orbit bumi mengelilingi matahari, maka tahun barunya juga tidak akan selalu tepat pada tanggal yang sama sepanjang masa, karena orbit bumi 360º keliling matahari tidak berlangsung selama 365 1/4 hari pada abad 15 Hijriah, melainkan 370 hari dengan bukti bahwa posisi bintang-bintang di angkasa setiap tanggal 1 Januari dari tahun ke tahun senantiasa terlambat 40º 48′.

Jadi, pada tiap-tiap tahun barunya ternyata bumi tidak berada pada permulaan orbitnya. Bukan dimulai dari waktu bumi berada di titik Prihelion orbitnya, dan bukan pula dimulai waktu bumi berada pada derajat permulaan geraknya mengitari matahari.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas ialah bahwa sesungguhnya penanggalan yang benar adalah penanggalan Lunar Year atau Qamariah sesuai dengan petunjuk dan ridha Allah.

Perbedaan waktu terbit dan terbenamnya matahari tampak di suatu daerah bukanlah disebabkan oleh perubahan kecepatan rotasi bumi, tetapi terjadi karena ditimbulkan oleh garis zig-zag bumi dalam orbitnya mengitari matahari yang menyebabkan adanya pergantian musim.


[Sumber: myquran.com]


Senin, 25 Januari 2016

Shalat dan Otak Manusia

Al Imam Ahmad berkata, "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas ibadah sholatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada kecintaan dalam mengerjakan sholat. Oleh karena itu kenalilah dirimu sendiri wahai hamba Allah! Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah sholatmu." (Ibn al Qayyim, ash Sholah, hal 42 dan ash Sholah wa hukmu taarikihaa, hal 170-171)

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia),sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". Hadist Riwayat Tabrani.



Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia),sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)". Hadist RiwayatTabrani.

Sholat itu Bikin Otak Kita Sehat" Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan Berkurbanlah' (Q.S Al Kautsar:2)

Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya.

Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk diakal kita ???????

Seorang Doktor di Amerika ( Dr. Fidelma) telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membukasebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Qur'an" Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal.

Setelah membuat kajian yang memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.

Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam "sepenuhnya" karena Sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang walaupun akal mereka berfungsi secara normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan Secara lebih normal.
Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

Sumber : National Geographic 2002 Road to Mecca
MARI KITA PERBANYAK SUJUD
AGAR OTAK KITA SEHAT & SEGAR SELALU

Photobucket