Photobucket

Minggu, 09 Mei 2010

TOKOH-TOKOH LEGENDARIS DARI NEGERI CINA

WONG FEI HUNG SEORANG PENDEKAR DAN TABIB MUSLIM?

Sudah banyak orang yang tahu bahwa tokoh bahari legendaris asal Cina, Sam Poo Kong alias Muhammad Cheng Ho adalah seorang Muslim. Namun nampaknya masih banyak yang belum tahu bahwa masih banyak tokoh China legendaris yang ternyata beragama Islam. Dua di antaranya ialah Wong Fei Hung dan Judge Bao.

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Alah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amin.

ZHU YUANZHANG KAISAR MUSLIM?

Anda kenal Cheng Ho alias Zheng He alias Sam Poo Kong? Cheng Ho adalah tokoh Muslim Cina legendaris yang juga Panglima Angkatan Laut Cina di zaman Dinasti Ming. Ia disebut-sebut telah melakukan 7 kali pelayaran mengelilingi dunia. Masa pemerintahan Dinasti Ming di Cina adalah masa yang sangat menarik dan dapat dikatakan sebagai masa kejayaan Islam di Cina. Pada masa pemerintahan Dinasti Ming ini, banyak pejabat negara dan anggota keluarga kerajaan yang beragama Islam.

Banyak indikasi yang kuat juga menunjukan bahwa para Kaisar Dinasti Ming adalah para pemeluk Islam. Apa dan siapa sebenarnya Dinasti Ming? Jauh sebelum Dinasti Ming berdiri, pada pertengahan abad ke-12 Masehi, pasukan Mongolia di bawah pimpinan Jenghis Khan berhasil menaklukkan Khilafah Islam Abbasiyah di Baghdad. Pasukan Mongol juga berhasil menaklukkan Dinasti Sung di Cina. Saat itu, Pasukan Mongol berhasil menganeksasi wilayah yang membentang dari Gurun Gobi hingga Polandia. Ketika itu, di Cina sudah banyak penduduk yang memeluk agama Islam sejak zaman Dinasti Tang (Dinasti sebelum Sung). Populasi penduduk Muslim yang menetap di Cina kemudian semakin bertambah karena banyak muslim asal Arab dan Asia Tengah yang tertawan dan dibawa ke Cina oleh pasukan Mongol. Anak-cucu Jenghis Khan kemudian memerintah Cina dan mendirikan Dinasti Yuan (Guan).

Dinasti Yuan ini pernah mengirimkan pasukan untuk menaklukan Jawa (Kerajaan Singasari) atas perintah Kubilai Khan, cucu dari Jenghis Khan. Pasukan itu gagal menaklukan Jawa karena berhasil dipecundangi oleh pasukan Raden Wijaya yang kemudian menjadi Raja Majapahit pertama. Pemerintahan Mongol (Yuan) ini menjalankan politik diskriminasi yang membagi penduduk di Tiongkok kedalam tiga golongan yang terpolarisasi. Golongan atau hirarki pertama dan teratas adalah orang Mongol sendiri, golongan kedua yang setara dengan orang Mongol adalah penduduk Muslim yang berasal dari Arab dan Asia Tengah, dan golongan ketiga adalah bangsa Han atau bangsa Cina asli. Pada zaman Dinasti Yuan, Orang-orang Muslim dari Asia Tengah ini menduduki posisi dan jabatan penting dalam pemerintahan.

Sementara, pemerintahan Dinasti Yuan sendiri sangat korup dan mengeksploitasi para penduduk bangsa Han. Mereka mengenakan pajak yang tinggi. Situasi ini memicu kebencian bangsa Han terhadap orang-orang Islam. Tetapi situasi ini tidak berlangsung lama. Para penduduk Muslim pendatang tersebut akhirnya berhasil mengasimilasikan diri dengan bangsa Han dan mengadaptasi adat istiadat dan kebudayaan setempat sejauh tidak bertentangan dengan ajaran agama. Proses persatuan bangsa Han dan penduduk uslim pendatang itu kemudian berbalik menjadi mata pisau yang tajam dan mengarah kepada bangsa penjajah Mongol. Ketika berbagai pemberontakan terhadap kekuasaan Dinasti Yuan meletus, banyak di antara pemimpin pemberontakan atau orang-orang yang berperan penting di dalam pemberontakan merupakan orang-orang Islam.

Puncak perlawanan kepada Dinasti Yuan terjadi di tahun 1368, saat kekuasaan Dinasti Yuan di Cina pun tumbang. Kemudian, bangsa Han, bersama-sama dengan orang Islam mendirikan Dinasti Ming dengan mengangkat Zhu Yuanzhang sebagai Kaisar pertama dinasti itu. Zhu Yuanzhang (1328-1398) bukanlah seorang bangsawan. ia berasal dari kalangan jelata.yang miskin. Dia sangat dikagumi sekaligus juga dicerca. Ia dikagumi karena mampu mengusir penguasa atau penjajah asing dan memulihkan kekuasaan Cina di bawah naungan bangsa Han. Zhu Yuanzhang juga diakui telah banyak membangun Cina setelah dilanda peperangan yang panjang. Ia memperbaiki kanal yang terbengkalai dan rusak, menggalakkan sektor pertanian, menghijaukan kembali hutan-hutan yang gundul, melanjutkan pembangunan kembali Tembok Besar (Great Wall). Namun ia juga dicerca karena gaya pemerintahannya yang dijalankan dengan tangan besi, tirani, dan despotik. Tak pernah diketahui dengan jelas siapa sebenarnya Zhu Yuanzhang. Apakah ia seorang Muslim atau tidak telah menjadi bahan perdebatan yang hangat antara fakta dan spekulasi. Saya sendiri cenderung percaya bahwa Zhu Yuanzhang adalah seorang Muslim. Sekurangnya ada enam alasan mengapa Zhu Yuanzhang pantas diyakini sebagai pemeluk Islam.

Alasan pertama, Zhu Yuanzhang dilahirkan di Anhui, tempat di mana banyak orang Islam tinggal. Pada zaman itu, hampir semua penduduk Anhui adalah orang Islam. Jadi kemungkinan Zhu Yuanzhang tidak beragama Islam sangat kecil sekali. Kalaupun benar, pengaruh Islam yang kuat dari lingkungannya akan sangat membekas dan bukan tak mungkin membuatnya beralih keyakinan (seperti proses pada alasan keenam di bawah).

Alasan kedua, diketahui bahwa permaisuri Zhu Yuanzhang, Ratu Ma, adalah seorang Hui (muslim) yang berasal dari daerah yang sama dengannya yaitu Anhui. Zhu Yuanzhang sendiri memiliki 38 selir, tetapi Ratu Ma adalah istri yang paling disayanginya dan sangat berpengaruh. Saat Ratu Ma meninggal tahun 1382, Zhu Yuanzhang merasa sangat terpukul. Peristiwa inilah yang ditengarai menjadi penyebab mengapa perilakunya menjadi lebih irrasional dan tidak dapat diprediksi. Ketika Zhu Yuanzhang meninggal pada tahun 1398, dia dimakamkan disamping makam istrinya ini di Nanjing (Ming Xiaoling Mausoleum), [Jiangsu (Chronicle of the Chinese Emperors, Ann Paludin)]. Seperti kita ketahui, seorang perempuan Muslim dilarang menikah dengan orang kafir dan orang-orang Hui sangat menjaga hal ini dengan ketat. Tidak mungkin keluarga Ratu Ma mau menikahkannya dengan seorang yang bukan Muslim.

Alasan ketiga, ketika Zhu Yuanzhang berhasil merebut Nanjing, yang dijadikannya sebagai ibukota dinasti Ming (sebelum dipindahkan ke Beijing), dia memberikan instruksi untuk membangun sebuah Masjid Raya yang bernama “Jing Jue”, dan di Masjid ini terdapat sebuah pahatan syair yang dibuat untuk dedikasi Masjid tersebut.

Alasan keempat, banyak prajurit dan Jenderal yang berjuang bersamanya untuk menggulingkan dinasti Yuan dan mendirikan dinasti Ming yag beragama Islam. Jenderal Chang Yuchun, Hu Dahai, Mu Ying, Lan Yu, Feng Sheng yang menjadi inti kekuatan pasukannya adalah jenderal-jenderal yang beragama Islam. Selain itu, banyak di antara tentara Yuan yang menyerahkan diri adalah orang Muslim yang pindah dan menetap di ibukota Nanjing tersebut, sehingga populasi orang Muslim di Nanjing sejak itu bertambah jumlahnya.

Alasan kelima, orang-orang suku Hui di Cina meyakini bahwa Zhu Yuanzhang adalah seorang Muslim. Setidaknya ia seorang Muslim dalam kehidupan pribadinya. Seorang pakar sejarah Cina terkemuka , Prof. Bai Shouyi menulis di dalam sebuah bukunya tentang Sejarah Islam di Cina 1946.

Alasan keenam, Zhu Yuanzhang sendiri ketika mudanya adalah pengikut sekte agama “Mingjiao” (Teaching The Light) yang dipengaruhi ajaran Manicheanisme dari Persia. Namun saat ia naik menjadi Kaisar Ming pertama, sekte ini ditumpas habis olehnya. Ia juga menyangkal segala sesuatu yang menyangkut hubungannya dengan sekte ini (China Heritage Newsletter, No.5, March 2006). Berbagai pembahasan dan teori yang menarik mengenai Zhu Yuanzhang dapat kita jumpai di dalam berbagai forum milis yang membahas Sinologi seperti “Chinese Culture Forum at Asiawind” (www.asiawind.com/forums).

Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa Pemerintah Cina sejak zaman Dinasti Chin yang korup hingga masa pemerintahan Partai Komunis yang anti-agama sangat dengki kepada Islam. Mereka tak ingin jika Islam tercatat ikut mewarnai khazanah kejayaan Cina. Banyak tokoh muslim legendaris dalam sejarah Cina dikaburkan bukti keislamannya dengan tujuan melenyapkan kontribusi Islam dalam kejayaan Cina. Fakta bahwa Judge Bao dan Wong Fei Hung adalah muslim saja mereka tutupi rapat-rapat. Apalagi fakta seorang Kaisar legendaris seperti Zhu Yuanzhang.

0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket